Tag

,

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

image

Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan: “Bunuhlah atau bakarlah dia”, lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman. (Al-Ankaboot: 24)

Sejumlah ulama salaf meriwayatkan bahwa ketika hendak dilemparkan ke dalam api, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ditanya oleh Malaikat Jibril, “Wahai Ibrahim, apakah ada yang bisa aku bantu?”
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menjawab, “Apabila kamu yang menawarkan, aku tidak membutuhkan bantuan darimu.”
Ibnu Abbas dan Said bin Jubair meriwayatkan bahka ketika itu malaikat yang bertugas menurunkan hujan bertanya, “Kapankah aku harus menurunkan hujan? Karena setelah aku diperintahkan maka aku akan langsung menurunkannya.” Namun, perintah Allah pada api memiliki dampak yang lebih cepat daripada perintah kepada malaikat.
Dalam Al-Anbiyaa’ ayat 69 Allah berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!”. Ali bin Abi Thalib a anhu mengatakan, “Makna perintah itu adalah ‘Wahai api, janganlah kamu mencelakakan Ibrahim’.”
Ibnu Abbas dan Abul Aliyah mengatakan, “Kalau saja perintah itu tidak diiringi dengan kata ‘penyelamat’, niscaya api itu akan tetap mencelakakan Ibrahim akibat hawa dinginnya.”
Kaab Al-Ahbar mengatakan, “Tepat saat itu penduduk Bumi tidak dapat menggunakan api, karena tidak ada yang dapat dibakar oleh api itu kecuali ikatan yang melilit pada Ibrahim.”
Adh-Dhahhak mengatakan, “Diriwayatkan bahwa ketika itu Malaikat Jibril sedang bersama Ibrahim dan menghapus apa yang melekat di wajah Ibrahim sehingga Ibrahim pun tidak tersentuh abu sama sekali.”
As-Suudi mengatakan, “Ketika itu Ibrahim ditemani oleh malaikat pelindung, hingga ia seperti sepotong arang yang dilindungi di dalam ruang berwarna hijau yang dikelilingi api. Orang-orang di sana hanya dapat melihatnya saja tanpa bisa menggapainya. Begitupun dengan Ibrahim, ia tidak keluar dari api yang sedang menyala-nyala itu.”
Abu Hurairah meriwayatkan, “Kalimat yang terbaik saat itu adalah kalimat yang diucapkan oleh ayah Ibrahim, karena ketika ia melihat anaknya dalam perlindungan seperti itu, ia berkata, ‘Sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanmu, wahai Ibrahim’.”
Ibnu Asakir meriwayatkan, dari Ikrimah, ia mengatakan bahwa ketika ibunda Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melihat anaknya dalam perlindungan, ia memanggil Ibrahim, “Wahai anakku, aku ingin menghampirimu, maka berdoalah kepada Allah agar aku dapat diselamatkan dari hawa panas yang ada di sekelilingmu.”
Lalu Ibrahim menjawab, “Baiklah.”
Ibunda Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pun menghampirinya dan sama sekali tidak tersentuh oleh panasnya api. Ketika berada di dekat anaknya, ibunda Nabi Ibrahim ‘alaihissalam segera memeluknya dan menciumnya, lalu ia kembali lagi keluar dari api itu.
Minhal bin Mahru meriwayatkan bahwa ia pernah diberitahukan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tinggal di dalam api itu selama 40 hari atau 50 hari, dan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pernah berkata, “Tidak ada kehidupan di siang ataupun malam hari yang pernah aku lalui lebih baik daripada kehidupan yang aku rasakan ketika aku berada di dalam api, dan aku sungguh berharap kehidupanku seluruhnya bisa seperti kehidupan ketika aku berada di sana.”
Dalam Al-Anbiyaa’ ayat 70, Allah subhaanahu wata’aala berfirman:

Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi.

Dalam Ash-Shaaffaat ayat 98, Allah juga berfirman:

Maka mereka bermaksud memperdayainya dengan membakarnya, (namun Allah menyelamatkannya), lalu Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.

Sumber:
buku Qashash Al-Anbiyaa’, 2002, karya Ibnu Katsir